Sejenak segala kepenatan hidup pergi mengalun seirama dengan harmonisasi alunan musik jiwa. Sejenak kepala ini terlepas dari segala beban kepenatan hidup. Itulah hidup selalu diwarnai dengan harubiru kebisingan yang terkadang membelenggu. Membelenggu karena kita belum bisa merelakan setiap pergulatan hidup ini pergi, kita belum bisa mendamaikan seluruh raga dan jiwa.
“Malam Bung” Aku dikagetkan oleh
suara lembut yang berbisik disampingku.
“Malam Nona” aku balik menyapa gadis manis nan
cantik di sampingku.
Lanjutnya “boleh kenalan?”
“Boleh” jawabku.
“Boleh” jawabku.
“Siapa namanya?”Lanjutnya
Jawabku “Bernard” sambil tersenyum
Jawabku “Bernard” sambil tersenyum
“Nona sendiri siapa namanya?”
Lanjutku.
Dengan agak sempoyongan, dia
merebahkan diri di kursi yang ada di sampingku, kemudian menjawab pertanyaanku
dengan lembut , “Aku Tari.”
Dari aroma yg keluar dari mulutnya
aku tahu bahwa gadis cantik ini sudah banyak menegak minuman.
“Ayo…mari melantai bersama
aku…mari kita habiskan malam ini dengan bergembira bersama-sama” ajak gadis ini
dengan senyuman indah penuh makna.
Dengan senang hati kuangkatkan
‘kedudukan’ kuraih tangannya melangkah
untuk ‘melantai’. Malam ini memang menjadi miliku. Alunan irama musik regae
serasa menghipnotis seluruh pengunjung tuk beradu goyangan pinggul dan sentakan
kaki seirama alunan musiknya. Semua bergembira melepas sejenak segala kegundahan
hati dan kepenatan setelah seharian bekerja. Segala beban ‘hanyut’ bersama
meningkatnya kelenjar adrenalin yg ada dalam tubuh.
“Nad..” sapa Tari membuyarkan
segala konsentrasiku mengikuti irama musik saat itu.
“Kenapa Ri” jawabku
“Kayanya kamu dah sering ke sini”
“ga..lah..sesekali kalo memang lagi
pingin menghibur diri dan suasana hati” sambil tersenyum kujawab pertanyaannya.
“Oh gitu..soalnya aku liat kamu
kenal sama beberapa crew di sini”
“He.e.e…..ia aku kenal beberapa
di antara mereka. Mereka sahabat-sahabatku, dan untuk itu juga aku mau kesini karena
ingin bercengkrama sama mereka, dah lama ga ketemu..itu juga satu alasan kenapa
aku ke sini” jawabku.
Sambil mengimbangi irama musik yang
mengalun kami berdua bersatu dalam irama musik yang satu ini, irama yang penuh
damai. Setelah itu kami berdua kembali ke tempat duduk dan melanjutkan obrolan
kami dengan penuh hangat. Obrolan lepas penuh canda dan tawa…obrolan penuh
dengan guyonan-guyonan menarik yang menggelikan hati.
Tak berselang lama aku di
kagetkan dengan suara tegas penuh wibawa, seorang pria dengan dandanan rapi ala
pejabat, muncul di hadapan kami. Seketika itu juga Tari langsung bangun dan
menghampirinya.
Aku ga tahu apa yang mereka
bicarakan, setelah itu tari datang menghampiriku
Ujarnya, “Nad maaf…aku pamit
duluan ya…makasi dah mau nemani aku..senang mengenalmu…sampe ketemu lagi”
“Sama-sama Ri, hati-hati di jalan”
jawabku.
Kemudian Tari melangkah pergi…bergelayut
manja dalam pelukan si Om.
Kini aku duduk sendiri meneguk
sisa minuman yang masi tersisa. Aku hanya bisa menghela napas..senang bertemu
dengannya, gadis belia, lugu dan cantik. Tapi sangat di sayangkan dia harus
bekerja seperti itu, tapi itulah tuntutan hidup kita ga bisa menghakimi apa
yang sudah dijalaninya. satu harapan semoga aja dia bahagia dan senang dengan apa yang sedang dia jalani, kalo pun ga suatu saat nanti dia bisa menemukan jalan yang terbaik.
Itulah hidup, apalagi hidup di
kota seperti Jakarta yang menuntut gaya hidup, dan pola konsumtif yang begitu
mendominasi. Siapa yang tidak kuat akan hanyut dimakan arus modernisasi. Untuk
itulah dengan berbagai cara orang akan melakukan apa saja untuk memenuhi
keinginannya, sekalipun hal itu melawan norma dan tatanan hidup keagamaan yang
ada.
“Ahhhh...apalah urusanku dan siapalah diriku dimatanya” gumam
hatiku.
Tapi satu yang pasti bahwa malam ini
aku merasa damai, senang, dan bisa tertawa bersama Tari. Terlepas seperti apa kehidupannya,
satu yang saya yakini bahwa Tari orangnya baik dan supel. Akan ku ingat selalu
kebersamaan ini walau hanya sejenak tapi penuh makna.
By Bernard Lamapaha
Jakarta; Minggu 2 Februari 2014
Jakarta; Minggu 2 Februari 2014
No comments:
Post a Comment